Perselisihan Antara Orang Tua Dan Anak
PERSELISIHAN ANTARA ORANG TUA DAN ANAK
Setiap orang tua muslim sangat berharap agar anak-anaknya menjadi anak yang shalih, anak yang berbakti kepada kedua orang tua.
Kenyataannya tidak sedikit orang tua yang dibuat pusing oleh anaknya.
Ada seorang ayah mengadukan kepada penulis sambil menangis karena anaknya pecandu narkoba. Si anak ditangkap polisi dan masuk penjara. Si ayah malu kepada masyarakat.
Ada seorang ibu menelpon penulis mengadukan sikap anak remajanya yang malas shalat dan selalu melawan dan menyakiti hati ibunya dengan kata-kata kasar yang menusuk hati. Si ibu bercerita sambil menangis sesenggukan.
Dan masih banyak lagi pengaduan dari para orang tua kepada penulis tentang kekurang ajaran dan sikap-sikap durhaka anak terhadap mereka sebagai orang tua.
Bagi orang tua ini adalah ujian yang sangat berat. Ingatlah Jannah (Surga) itu mahal. Hendaknya orang tua jangan berputus asa, sikapilah dengan positif. Ada seorang ayah karena tertekan jiwanya sampai mengatakan sambil menangis lebih baik saya mati saja daripada mendapat godaan dari anak. AstaghfiruLLAH, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melarang keras seorang mengharapkan kematian karena musibah dunia. Kita harus selalu berhusnudzan kepada Allah, banyaklah beristighfar dan ucapkan jika kita mendapatkan musibah.
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Nya.
Seharusnya kita sebagai orang tua terus mengintrospeksi, bisa jadi ini merupakan teguran dari Allah atas dosa-dosa kita. Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ingin agar kita merengek dan kembali ke jalan Nya. Mungkin sebelum ini kita lalai dalam kewajiban mendidik anak dan memberi perhatian kepadanya. Mungkin selama ini orang tua bermuamalah dengan riba, meminjam uang dengan bunga /riba. Mungkin sebelum ini orang tua bersikap keras bahkan kasar ke anak yang membuat anak tertekan jiwanya, kurang mendapatkan bimbingan keimanan dari orang tuanya lalu si anak “memberontak” dan durhaka kepada orang tua.
Sebagian orang tua beralasan cara keras dalam mendidik anak, ia dapatkan dari orang tuanya tapi dia tetap hormat dan patuh kepada kedua orang tua. “Mengapa ketika saya terapkan cara yang sama, kok anak saya jadi kurang ajar kepada saya?” Berarti kalau hasilnya tidak sama, lebih baik kita mengubah pola asuhan ketimbang memaksakan anak untuk berubah dengan cara-cara yang keras dan hasilnya anak tidak berubah, malah semakin buruk.
Kita sebagai orang tua harus menjadi teladan dan terus menguatkan dan memperbaiki hubungan dengan Allah agar Allah memperbaiki hubungan kita dengan anak-anak kita.
Kalau ada orang yang mengatakan Nabi Nuh Alaihissalam saja mempunyai anak yang kafir. Ia, Nabi Nuh Alaihissalam telah berdakwah kepada kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun. Beliau telah maksimal dalam mendidik, lalu diuji oleh Allah dengan anak yang kafir, sehingga beliau tidaklah berdosa. Sedangkan kita tidak luput dari dosa atau bahkan berlumuran dosa ditambah usaha kita belum maksimal, doa kita belum maksimal. Maka janganlah mudah untuk menyalahkan anak sepenuhnya atas kebandelan anak. Lebih baik menyalahkan diri sendiri ketimbang mencari kambing hitam menyalahkan anak atau orang lain.
Para orang tua juga harus berkomunikasi dengan cara yang baik kepada anak-anak kita. Mereka membutuhkan kasih sayang, butuh didengar ucapan mereka, butuh dihargai. Bermusyawarah lah dan mintalah pendapat mereka Jagalah perasaan mereka, jangan melukai hati anak-anak.
Seringkali orang tua mempermalukan anak-anaknya dan menceritakan aib-aib anak kepada orang lain. Kalaupun orang tua bermaksud hendak konsultasi dengan orang yang dianggap bisa membantu memberikan nasihat kepada anaknya tapi janganlah menceritakan aib anak di depan si anak.
Orang tua harus super sabar, tidak mudah marah, tidak cepat menyalahkan anak dan harus pandai menggembirakan anak dengan memberi pujian, apresiasi dan motivasi.
Jangan lupa agar kita terus berdoa kepada Allah di setiap saat dan dimana pun kita berada agar Allah memberi hidayah kepada anak-anak kita.
Orang tua janganlah gengsi untuk meminta maaf kepada anak karena kesalahan cara kita dalam mendidik anak sebelum ini.
Dalam suatu seminar parenting ada seorang peserta yang menangis saat mendengarkan pemaparan dari seorang nara sumber. Saat seminar hari pertama selesai, peserta tadi dengan wajah sedih menghampiri nara sumber tersebut dan mengadukan permasalahan rumah tangganya. Dia seorang ayah yang memiliki anak yang bandel dan suka melawan ibunya. Si ayah marah dan mengusir anaknya dari rumah induk. Sekarang si anak tinggal di paviliun rumah, ia tidak mendapatkan uang jajan dan tidak diajak bicara oleh ayahnya selama lima tahun.
Nara sumber tersebut yang bergelar Doktor dan pakar parenting menasihati ayah peserta seminar untuk minta maaf kepada anaknya.
“Apa? Seorang ayah minta maaf kepada anaknya!? Mustahil saya lakukan. Dia yang bersalah, dia seharusnya yang minta maaf kepada saya!” Tegas sang ayah.
Nara sumber tersebut menjelaskan bahwa anak bapak jelas bersalah, tapi bapak mendiamkan anak selama lima tahun, ini merupakan kesalahan juga. Dengan bapak meminta maaf kepada anak bapak, semoga Allah memberikan hidayah kepada anak bapak. Akhirnya mereka berpisah untuk berkumpul lagi besok pagi di acara yang sama.
Keesokan paginya, peserta tersebut datang ke acara seminar dengan wajah ceria dan gembira. Ia langsung menemui pa Doktor sebelum acara dimulai. Ia mengucapkan terimakasih atas nasihat yang diterimanya kemarin. Semalam ia mendatangi anaknya, mengetuk pintu paviliun, mengucapkan salam dengan ramah. Si anak membuka pintu paviliun dan tertegun melihat ayahnya. Si ayah langsung meminta maaf kepada anaknya atas sikap kerasnya selama ini. Si anak terharu, ia langsung memeluk ayahnya dan meminta maaf kepada ayahnya. Keduanya menangis, si anak berjanji akan menjadi anak yang patuh dan taat kepada kedua orang tua.
رَبِّ ٱجْعَلْنِى مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِى ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ
“Ya Rabbku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Rabb kami, kabulkanlah doaku.”
رَبِّ هَبْ لِى مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةًۭ طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ
“Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau keturunan yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.”
Cirebon, 1 Muharram 1442H/20 Agustus 2020M
Fariq Gasim Anuz
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/3375-perselisihan-antara-orang-tua-dan-anak.html